.code-block-default {margin: 8px 0; clear: both;} .code-block- {} .ai-align-left * {margin: 0 auto 0 0; text-align: left;} .ai-align-right * {margin: 0 0 0 auto; text-align: right;} .ai-center * {margin: 0 auto; text-align: center; }

Site icon COOLkas

Kondisi Tentara Israel Disorot: Beban Berat di Tengah Kebijakan Kontroversial

241010170240 339 1

COOLkas (Republika) — Sebuah analisis tajam dari Samy Peretz di media Haaretz mengungkapkan situasi memprihatinkan yang dihadapi tentara Israel saat ini. Di tengah peperangan melawan Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon, kondisi personel militer Israel mencapai titik terendah dalam sejarah.

Beberapa perubahan kebijakan yang memberatkan tentara Israel:

Yang membuat situasi semakin pelik, pemerintah justru mengajukan RUU pembebasan wajib militer bagi kelompok Yahudi ultra-Ortodoks (Haredim). Hal ini terjadi ketika militer telah kehilangan lebih dari 10.000 personel akibat kematian, luka-luka, atau trauma psikologis.

Peretz mengangkat dua pertanyaan kritis:

  1. Mengapa masih ada yang bersedia menjalani wajib militer?
  2. Berapa lama kesediaan ini akan bertahan dalam konflik tanpa akhir yang jelas?

Untuk pertanyaan pertama, jawabannya terletak pada kuatnya semangat militer yang ditanamkan melalui sistem pendidikan nasional Israel, terutama pasca Operasi Badai Al-Aqsa.

Namun untuk pertanyaan kedua, situasinya lebih kompleks. Tidak ada tanda-tanda positif seperti gencatan senjata permanen di Gaza atau kesepakatan penukaran tahanan yang komprehensif. Sebaliknya, konflik justru meluas ke utara dan lebih banyak sandera yang tewas dalam penawanan.

Peretz menyimpulkan bahwa pemerintah tampak tidak peduli dengan nasib tentaranya, memperlakukan mereka sebagai alat semata. Ironisnya, Netanyahu terus menggambarkan situasi sebagai ancaman eksistensial bagi Israel, namun tetap mendorong pembebasan wajib militer bagi kelompok Haredim.
Artikel ditutup dengan kritik tajam: “Biarkan para prajurit mempertaruhkan nyawa mereka agar sehelai rambut pun di kepala Netanyahu tidak tersentuh.” ***

Exit mobile version